PEKANBARU, TAMPAN - Sejumlah mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Syarif Kasim (Suska) Riau menggelar aksi di depan Gedung Rektorat UIN Suska Riau, Rabu (01/07). Aksi yang telah berlangsung sejak Selasa (30/06) kemarin itu terdapat tiga point yang disampaikan oleh mahasiswa, salah satunya yakni menuntut transparansi anggaran dana Uang Kuliah Tunggal (UKT).
Aksi ini disebutkan Ketua Senat Mahasiswa yang baru saja dicopot SKnya oleh Rektor UIN Suska, Dewi Sari, merupakan buntut dari di keluarkanya Surat Keputusan Rektor no.1009/R/2020 tentang Mekanisme Peringanan Uang Kuliah Tunggal (UKT) UIN Suska Riau dampak mewabahnya Covid-19. Ia menilai keputusan rektor tersebut tidak berpihak kepada mahasiswa.
"Sebelum aksi ini kita dari mahasiswa telah melayangkan surat audiensi atas nama lembaga yang berlegalitas yakni Sema UIN Riau, sebab selama ini audiensi yang tidak mencantumkan lembaga legalitas tidak mendapat tanggapan dari rektor atau dinyatakan tidak resmi. Namun tidak diindahkan dengan alasan Pekanbaru zona merah. Kemudian kita kembali ajukan surat audiensi secara virtual dengan langkah administratif. Tapi tidak juga mendapatkan respon dari pihak Universitas. Lantaran tidak ada tanggapan setelah dua kali upaya untuk audiensi gagal, maka kita turun aksi dan menyampaikan aspirasi secara langsung," bebernya
Hari pertama aksi, yakni Selasa (30/06) kemarin sekitar pihaknya juga tidak mendapatkan respon dari pihak universitas, sehingga memaksa mereka untuk menginap di depan gedung Rektorat universitas itu.
"Kita kemarin sempat dijumpai oleh D3 dan WR tapi tidak mendapatkan hasil. Sebab mutlak keputusan dari rektor," katanya
Lebih rinci dikatakannya, dalam aksi yang diikuti sekitar 15 orang mahasiswa ini, pihaknya menuntut tiga point yakni transparansi anggaran kampus, pemangkasan UKT sebesar 15 persen untuk seluruh mahasiswa dan 50 persen untuk mahasiswa yang telah semester akhir, terakhir yakni memberikan fasilitas kuliah daring berupa kuota internet 30GB setiap bulan dan SOP kuliah daring.
"Selama 4 bulan kita tidak diberikan fasilitas untuk mengikuti perkuliahan. Dimana justru dosen memerintahkan mahasiswa untuk mengerjakan tugas dengan mangupload ke Youtube, classroom, zoom, email dan sebagainya. Untuk ini semua kita butuh paket data yang lebih besar lagi. Dan tentu ini menjadi beban bagi rekan kita yang tidak memiliki smartphone," terangnya.
" Kita juga butuh SOP misalnya perkuliahan hanya dilakukan lewat dua aplikasi misalnya hanya WA Group atau Clas Room saja, dan sebagainya," tambahnya.
Dikatakan Dewi hingga saat ini pihaknya juga belum mendapatkan jawaban dari universitas. Malahan katanya, Ia mendapat informasi bahwa Rektor masih bersikukuh dengan keputisannya tersebut.
"Kita tidak akan pulang sebelum mendapat jawaban. Tadi kita juga gelar aksi dengan membakar ban dan di depan Gedung Rektorat. Bahkan malam ini kita kembali gelar tenda untuk menginap di sini," tuturnya.
Sementara, jika aksi ini tidak mendapat jawaban, Dewi mengatakan akan melakukan aksi long march menuju DPRD Riau, Jumat (03/07) nanti.
Sementara, hingga berita ini dibuat, Rektor UIN Suska Akhmad Mujahidin belum dapat dikonfirmasi terkait aksi sejumlah mahasiswa tersebut.(dow)
Post a Comment