KAMPAR, BANGKINANG - Hari ini, Sabtu (23/6/2018) atau bertepatan 9 Syawal 1439 H ribuan masyarakat di Kabupaten Kampar kembali melaksanakan Hari Raya Enam atau di masyarakat setempat sering disebut Ayi Ayo Onam atau Ayi Ayo Zora. Hari raya enam ini dilakukan setelah selesainya pelaksanaan puasa enam atau puasa sunnah selama enam hari di bulan Syawal.
Tahun ini digelar pada hari kesembilan Syawal karena kemarin bertepatan dengan hari Jum'at. Ribuan orang telah tampak berbondong-bondong sejak pagi usai melakukan Sholat Subuh. Pergerakan mereka sama, yakni menuju kuburan keluarga masing-masing untuk menjalankan ritual berdo'a bersama untuk arwah yang telah menghadap Allah SWT.
Dari pantauan di sejumlah desa dan kelurahan di Kecamatan Bangkinang, Hari Raya Enam kembali dihadiri pihak Pemerintah Kabupaten Kampar. Tampak Sekretaris Daerah Kabupaten Kampar Yusri Datuk Bandaro Mudo yang juga merupakan salah seorang ninik mamak di Desa Muara Uwai, Kecamatan Bangkinang.
Hari raya enam juga dihadiri Calon Gubernur Riau diantaranya H Firdaus yang juga putra Kecamatan Bangkinang nomor urut 3. Diantara Cagubri yang hadir terlihat juga calon nomor urut 1 Syamsuar. Mereka tampak membaur bersama masyarakat dan menjalankan prosesi Hari Raya Enam.
Sekda Kampar Yusri yang ditemui disela-sela kegiatan ziarah kubur Desa Binuang, Kecamatan Bangkinang, mengatakan, kegiatan ziarah kubur ini penuh makna dan berkah. Tradisi ini akan terus dipelihara karena mengandung banyak nilai positif di tengah-tengah masyarakat.
Sekda yang juga didampingi Komandan Kodim 0313/KPR Letkol. Inf Benni Setyanto dan sejumlah kepala organisasi perangkat daerah (OPD) Pemkab Kampar mengatakan, makna ziarah kubur diantaranya menjalin silaturahmi antar masyarakat sekaligus memanjatkan do'a bagi arwah para saudara semasa muslim yang telah mendahuluinya.
Yusri juga menambahkan, ziarah kubur ini merupakan tradisi warisan nenek moyang. "Tanpa diundang seluruh masyarakat baik yang dekat maupun yang jauh akan datang untuk mengikuti kegiatan ini," ucap Yusri.
Kegiatan ziarah kubur ini akan dijadikan agenda tahunan bagi masyarakat Kecamatan Bangkinang dan sekitarnya. "Untuk itu pelaksanananya kedepan akan kita kelola dengan baik agar makna dan nilai yang terkandung didalamnya tetap terpelihara dengan baik," beber pria yang pernah menjadi kepala beberapa OPD di Kabupaten Rokan Hulu ini.
Rangkaian pelaksanaan hari raya enam ini sebenarnya telah dilakukan sejak jauh hari. Sebulan sebelum pelaksanaan ziarah kubur seluruh masyarakat bergotong-royong untuk membersihkan seluruh pemakaman yang ada di sekitaran Kecamatan Bangkinang dan beberapa kecamatan di sekitarnya seperti di Kecamatan Salo dan Kuok.
Beberapa sebelum pelaksanaan hari raya enam, masyarakat selalu disibukkan dengan kegiatan membuat aneka makanan tradisional yang disiapkan untuk menyambut tamu baik dari kalangan keluarga dekat, karib kerabat dan tamu lainnya pada hari raya enam.
Makanan khas yang sering disajikan adalah lomang beserta sarikayo dan tapai yang sering dimakan bersama lomang. Selain itu ada beberapa jenis aneka kue tradisional seperti kue jalo, kue palito daun, kelamai dan lainnya.
Ziarah kubur dilakukan oleh seluruh masyarakat baik dewasa maupun anak-anak. Karena semua warga turun ke kuburan maka tak jarang kemacetan panjang sering terjadi di sejumlah ruas jalan terutama di Kecamatan Bangkinang. Tradisi lain setelah ziarah kubur adalah makan bajambau atau makan bersama-sama di masjid atau di musalah sebelum pelaksanaan Sholat Zuhur berjemaah.
"Dengan berjalan kaki menyusuri titik-titik pemakaman yang sudah ditentukan, saat itulah kita bisa bertemu dengan seluruh masyarakat dan saling bermaaf-maafan. Kita menjalin silaturahmi dan bercengkrama antara satu dengan yang lain," pungkas Yusri.
Salah seorang warga Kelurahan Pulau Kecamatan Bangkinang, Amrul (65) kepada riauterkini.com mengungkapkan, tradisi yang sudah turun-temurun ini menjadi tempat untuk bersilaturahmi dengan para sanak keluarga yang sudah lama merantau ke negeri orang.
"Tradisi ini selain untuk mendo'akan arwah dan menjadikan kita untuk mengingat mati dengan mengunjungi kuburan karena bisa saja tahun depan kuburan kita yang diziarahi orang, selain itu karena banyaknya yang ikut, tradisi ini juga sebagai ajang mempererat silaturahmi dengan sanak keluarga, kawan lama yang sudah merantau ke negeri orang, biasanya mereka pulang di hari raya zora ini," ungkapnya.
Ia juga menuturkan, setiap desa di Kecamatan Bangkinang, mempunyai rombongan tersendiri dalam melakukan ziarah, dengan pelepasannya di masjid dan juga berakhir di masjid dengan melakukan makan bersama.
Tradisi Hari Raya Enam tak hanya di Kecamatan Bangkinang saja, kebiasaan serupa juga dilaksanakan masyarakat di Kecamatan Tambang, Kecamatan Kuok dan tempat lainnya di Kabupaten Kampar.(dow)
source : www.beritakampar.com
Post a Comment