RIAU, PEKANBARU - Provinsi Riau mengalami inflasi sebesar 0,19 persen dengan Indeks Harga Konsumen 134,81 pada April 2018, dengan sumbangan kenaikan tertinggi dari kelompok kesehatan.
"Inflasi Riau April 2018 terjadi karena adanya kenaikan harga pada tujuh kelompok pengeluaran, terbesar yaitu kelompok kesehatan 1,61 persen," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Riau, Aden S. Gultom di Pekanbaru, Rabu.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Riau, Aden S. Gultom |
Aden menjabarkan, inflasi Tahun Kalender (Januari-April) di Riau mencapai 1,04 persen, sedangkan inflasi "year on year (yoy)" mencapai 3,63 persen.
BPS menghitung inflasi di Riau dengan mengukur kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) di tiga daerah, yakni Kota Pekanbaru, Dumai dan Tembilahan. Ketiga kota tersebut pada April mengalami inflasi, yakni Pekanbaru 0,20 persen, Dumai 0,14 persen, dan Tembilahan 0,17 persen.
Aden mengatakan Kelompok Kesehatan pada April 2018 mengalami inflasi sebesar 1,61 persen, atau terjadi kenaikan indeks harga dari 120,96 pada Maret 2018 menjadi 122,90 pada April 2018. Tingkat Inflasi Tahun Kalender sebesar 2,65 persen, dan tingkat Inflasi yoy sebesar 5,06 persen.
"Dari empat subkelompok dalam kelompok ini, dua subkelompok mengalami inflasi, yaitu subkelompok obat-obatan sebesar 9,31 persen, dan subkelompok perawatan jasmani dan kosmetika sebesar 0,56 persen. Sedangkan subkelompok jasa perawatan jasmani dan subkelompok jasa kesehatan relatif stabil," katanya.
Selain itu, kelompok sandang pada April juga mengalami kenaikan 0,32 persen, kemudian kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan 0,20 persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 0,16 persen, kelompok bahan makanan 0,08 persen, serta kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar dan kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga masing-masing sebesar 0,03 persen.
Komoditas yang memberikan andil terjadinya inflasi di Riau antara lain bawang merah, obat dengan resep, daging ayam ras, bensin, jengkol, ikan teri, emas perhiasan, telur ayam ras, dan lain-lain.
"Sementara itu komoditas yang menahan inflasi (deflasi) antara lain cabai merah, beras, tomat sayur, nangka muda, ikan serai, dan lain-lain," katanya.
Dari 23 kota di Sumatera yang menghitung IHK, 13 kota mengalami inflasi, dengan Inflasi tertinggi terjadi di Kota Pangkal Pinang sebesar 1,01 persen, diikuti oleh Padang Sidimpuan 0,76 persen, dan Pematang Siantar 0,56 persen.
Sementara itu, inflasi terendah terjadi di Kota Padang sebesar 0,01 persen. Sementara itu, deflasi terjadi di 10 kota, yang terbesar terjadi di kota Sibolga dengan deflasi sebesar 0,64 persen.
Di Indonesia, dari 82 kota yang menghitung IHK, 54 kota mengalami inflasi, dengan inflasi tertinggi terjadi di Merauke sebesar 1,32 persen, diikuti Manado 1,09 persen, dan Pangkal Pinang 1,01 persen, sedangkan inflasi terendah terjadi di Kota Padang dan Kudus masingmasing sebesar 0,01 persen, sedangkan deflasi terjadi di 28 kota, yang terbesar terjadi di kota Tual dengan deflasi sebesar 2,26 persen.(dow)
source : www.beritapekanbaru.com
Post a Comment