ROKAN HULU, PASIRPANGARAIAN - Sekira 400 mahasiswa Universitas Pasir Pengaraian (UPP) Kabupaten Rokan Hulu (Rohul) menggelar Kemah Bakti Mahasiswa (KBM) di Desa Koto Ranah, Kecamatan Kabun.
Ketua KBM, Idris Apriandi, mengatakan KBM perdana dilaksanakan 400 mahasiswa UPP dan 80 panitia di Desa Koto Ranah akan dimulai Kamis (22/2/2018) dan baru berakhir Ahad (25/2/2018).
Idris mengaku untuk melaksanakan KBM di Desa Koto Ranah, panitia satu bulan sebelumnya sudah melakukan berbagai persiapan, bekerjasama dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Rohul.
"Tujuan dari Kemah Bakti Mahasiswa selama empat hari ini menciptakan pengabdian kita kepada masyarakat, sesuai tri darma," jelas Idris di konferensi pers di Kantor Disparbud Rohul, didampingi Panitia KBM lainnya, Rabu sore (21/2/2018).
Beberapa kegiatan akan dilaksanakan ratusan mahasiswa UPP selama KBM di Desa Koto Ranah, seperti membersihkan masjid, membersihkan jalan ke Puncak Ranah atau 'Menggapai Matahari di Puncak Ranah', dan membantu desa yang telah menjadi Kampung Wisata.
Bukan itu saja, sambung Idris, agenda mahasiswa di KBM juga bagaimana mengembangkan tanjak melayu khas Rohul bernama 'Unak Serantau', dan kondek atau sarung batik biasa dipakai kaum wanita yang tengah dikembangkan oleh Disparbud Kabupaten Rohul.
"Kita akan bekerjasama Dinas Pariwisata dan menyampaikan ke masyarakat Koto Ranah yang telah menjadi Kampung Wisata di Kabupaten Rokan Hulu," pungkas Idris.
Masih di tempat sama, Presiden Mahasiswa UPP, Anton Adi Putera, menambahkan bahwa agenda KBM UPP juga didukung oleh Bupati Rohul H. Sukiman, bahkan orang nomor satu di Rohul tersebut bersedia menghadiri acara pembukaan KBM UPP di Desa Koto Ranah, Kamis malam besok.
"Tema KBM kita kali ini di Desa Koto Ranah adalah 'Sampahku Bersih, Wisataku Asik',"jelas Anton, dan mengaku salah satu acara di Desa Koto Ranah ada acara Bezikiu atau Berzikir.
Anton mengatakan untuk tempat tinggal sekira 400 peserta KBM, panitia sudah menyiapkan 15 tenda, berkat kerjasama dengan sejumlah instansi, seperti 10 tenda milik TNI, 4 tenda milik BPBD Rohul, dan 1 tenda lagi milik Polres Rohul.
Setiap peserta yang mengikuti KBM di Desa Koto Ranah hanya membayar Rp 30 ribu. Dan setiap peserta juga diharuskan membawa telur ayam, mie instan 2 bungkus, dan beras 2 kg.
Anton menambahkan lagi, selain membersihkan masjid, mahasiswa UPP juga akan membersihkan jalan menuju Puncak Ranah di hari ketiga, sehingga objek wisata 'Menggapai Matahari di Puncak Ranah' menjadi daya tarik tersendiri bagi setiap wisatawan yang datang ke Desa Koto Ranah, Kecamatan Kabun.
Menurutnya, dengan ramainya wisatawan yang datang ke Puncak Ranah, tentu hal tersebut akan berdampak terhadap ekonomi masyarakat Desa Koto Ranah.
"Kita ingin membantu masyarakat dan menaikkan potensi pariwisata di Desa Koto Ranah. Semoga dengan adanya KBM ini, pariwisata di desa ini semakin maju ke depannya," harapnya.
Selain bakti sosial, sambung Anton, peserta KBM berencana akan melepas 1.000 ekor ikan lele, ikan mas, dan ikan nila di sungai yang mengalir di kaki Bukit Suligi Desa Koto Ranah.
"Sungai ini akan ditetapkan sebagai sungai larangan, dan ikan yang ada akan dipanen setiap tahun sekali," pungkas Anton.
Sementara, Kepala Disparbud Rohul Drs. Yusmar M.Si mengatakan di acara pembukaan KBM UPP di Desa Koto Ranah juga akan dikukuhkan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Koto Ranah, pengukuhan Pokdarwis Bujang Manjo Dusun Sungai Bungo Desa Sialang Jaya Kecamatan Rambah, serta pencanangan Kampung Wisata oleh Bupati Rohul Sukiman.
Menurut Yusmar, Desa Koto Ranah pantas menjadi Kampung Wisata, karena desa ini punya keunikan tersendiri dari desa lainnya, salah satunya masih menjaga tradisi dan budaya daerah.
Yusmar mengungkapkan belum lama ini Disparbud Rohul juga menemukan sebuah peninggalan melayu dalam bentuk tulisan yang diperkirakan berusia sekira 3 abad, dan saat ini sedang dianalisa keasliannya.
Bukan itu saja, Desa Koto Ranah juga punya meriam agung keramat yang dikeluarkan 1 kali setahun melalui prosesi adat, mempunyai tradisi yang melekat di masyarakat yang turun menurun yaitu berzikir atau bezikiu yang dilaksanakan selesai hari raya Idul Fitri.
"Uniknya, kalau ada warga yang tidak ikut bezikiu, akan ada sanksi adat bagi warga yang tidak mengikutinya. Di Desa Koto Ranah juga ada destinasi wisata Menggapai Matahari di Bukit Suligi. Ini harus kita lestarikan," ungkap Yusmar.(dow)
Post a Comment