RIAU, PEKANBARU - Provinsi Riau adalah penghasil sawit terbesar di Indonesia. Sebanyak Rp239 triliun devisa negara yang didapat dari Crude Palm Oil (CPO), 30 persennya berasal dari hasil perkebunan sawit di Riau.
Sekretaris Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Riau, Rino Afrino mengatakan, besarnya potensi sawit yang didapat, khususnya dari sisi CPO bisa menjadi alternatif selain Dana Bagi Hasil (DBH) Minyak dan Gas (Migas) yang sekarang tak lagi jadi primadona.
"Sumbangan devisa untuk negara dengan total nilai Rp239 triliun khusus sawit saja, itu data resmi dari BPS. Riau menyumbang hampir 30 persen CPO di Indonesia," kata Rino, Jumat (15/12/17).
Dari data yang dimiliki Apkasindo Riau setidaknya 7 ton lebih CPO yang dikeluarkan dari pelabuhan Dumai saja. Sayangnya, CPO yang diambil dari hamparan perkebunan sawit di Riau hanya dinikmati negara saja.
Karena itu, Apkasindo sangat mendorong baik kepada Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau mau pun wakil rakyat Riau yang ada di Senayan, Jakarta untuk bergerak bersama menyuarakan untuk mendapatkan DBH CPO.
"Kenapa tidak, sekarang pekebunan kelapa sawit di Riau saat ini terbesar di Indonesia. Peluang inilah yang harus dibaca. DBH Migas-kan sudah jauh turun, DBH CPO tentu bisa jadi alternatif," papar Rino.
Untuk mewujudkannya, perlunya kembali mendorong lebih serius lagi agar Undang-undang perkelapa sawitan di Indonesia bisa disahkan. Dengan begitu, harapan mendapatkan DBH CPO semakin besar.
"Karena kita gila-gilaan memang. Berapa yang kita sumbangkan untuk negara, kemudian mana untuk Riau. Salah satu poin tentang undang-undang perkelapa sawitan itu adalah munculnya badan sawit nasional, yang ujung-ujungnya DBH," ungkap Rino.
"Pak Jokowi sudah mulai masuk ke sawit, bahkan sampai ikut mereplanting. Artinya potensi sawit ini besar. Ini hitungan matematikanya besar," ujar Rino lagi.(dow)
Post a Comment