BERITA RIAU, SIAK - Muhammad Iqbal, Asma Wati, Ade Arya Irawan dan Safiga Arinda kedatangan tamu istimewa; Bupati Siak, Syamsuar, Rabu (24/2). Di ruang kepala Sekolah Menengah Pertama (SMP) 1 Mempura di jalan Perjuangan Benteng Hulu itu, anak-anak kelas VIII ini cerita panjang lebar soal apa yang sudah mereka temukan dua bulan belakangan.
Awal bulan depan, mereka akan terbang ke Penang Malaysia. Di sana, di Southeast Asian Ministers of Education Organization - Regional Centre for Education in Science and Mathematics (SEAMEO-RECSAM) anak-anak ini akan memaparkan Efek penyiraman ektrak tanaman serai terhadap pertumbuhan tanaman kangkung.
Di satu sisi Syamsuar haru lantaran ternyata anak-anak ini berasal dari keluarga tak mampu. Pekerjaan orang tua mereka hanya seorang buruh.
Di sisi lain, Syamsuar bangga lantaran mereka mampu menoreh tinta emas untuk negeri.
Bahwa lantaran hasil penelitian awal yang mereka sodorkan ke Seameo Recsam pada September tahun lalu, keempat anak ini bisa berdiri di hadapan para ilmuwan Seameo. “Surat panggilan untuk paparan itu kami terima pada Desember lalu,” cerita Edi Saputra, guru pendamping empat sekawan tadi.
Hanya hitungan detik Syamsuar sudah akrab dengan mereka. Anak-anak ini pun dengan lancar menjelaskan apa-apa saja yang ditanya Syamsuar soal seluk beluk ekstrak batang serai tadi. Iqbal kemudian memaparkan begini;
Batang serai dipotong-potong kecil kemudian diblender. Setelah halus, dicampur dengan larutan EM4. Larutan yang mengandung bakteri Asam Laktat (Lactobacillus Sp), Bakteri Fotosentetik (Rhodopseudomonas Sp), Actinomycetes Sp, Streptomyces SP dan Yeast (ragi) dan Jamur pengurai selulose.
Setelah difermentasi, senyawa ini kemudian disiramkan ke tanaman kangkung. “Kami bikin dua tempat. Satu tempat yang hanya disiram air dan satu lagi yang disirami ektrak serai. Hasilnya, masa panen yang biasanya 1,5 bulan, bisa menjadi 18 hari. Selain itu, tanaman juga tidak terserang hama,” cerita Iqbal.
“Saya bangga dengan kalian. Apa yang kalian dapatkan sekarang menjadi bukti bahwa kalian punya kemampuan. Dan saya yakin ini lantaran kerja keras dan semangat kalian belajar,” katanya. Lekat mata anak-anak itu memandangi Syamsuar.
Syamsuar pun jadi kembali teringat dengan masa kecilnya. Masa dia harus banyak menahan keinginan lantaran kehidupan orang tua yang pas-pasan. Menahan keinginan kuliah dan terpaksa menjadi buruh kasar di kawasan Sawah Lunto Sumatera Barat demi melanjutkan kehidupan.
“Jangan sesekali berkecil hati melihat teman-teman kalian yang berasa dari keluarga berada. Semangatlah. Semangat belajar dan pantang menyerah akan membuka jalan bagi kalian untuk menggapai cita-cita,” Syamsuar menyemangati.
Maklum, cita-cita keempat anak ini tergolong tinggi. Safiga ingin jadi pengusaha, Asma dan Iqbal mau jadi peneliti. Sementara Ade ingin jadi dokter. Meski begitu, mereka berempat sama-sama senang dunia jurnalistik. Itulah yang membikin mereka sempat ‘wawancara’ khusus dengan Syamsuar.
Selain menyemangati, Syamsuar menyelipkan pesan supaya mereka juga menjadi duta wisata Kabupaten Siak selama berada di sana. “Kenalkan Siak di sana. Bilang, kalau mau tahu melayu yang sebenarnya, datang saja ke Siak,” begitu pesan Syamsuar.
Nanti kata Syamsuar, hasil peneletian empat sekawan tadi di kembangkan di sekolah. Anak-anak bikin kebun percontohan biar masyarakat sekitar dan luar Mempura tahu dan pada akhirnya minta ilmu itu untuk dipraktekkan di daerah masing-masing. “Yang seperti ini sangat bisa menghasilkan uang. Tidak hanya untuk sekolah tapi juga masyarakat luas,” katanya.(sia02)
Post a Comment