SIAK, MEMPURA - Jumlah pelancong semakin banyak berdatangan ke Siak Sri Indrapura. Hal itu menjadi peluang usaha baru bagi sejumlah nelayan di sekitaran sungai Siak. Rusdianto alias Ateng (36), satu di antara 18 pemilik perahu kayu yang mencoba peruntungan pada jasa angkut wisata untuk berkeliling di Sungai Siak.
Awalnya, Ateng hanya menakhodai perahu dengan kapasitas 6 -8 penumpang. Sejak tahun lalu, ia memodali sebesar Rp 18 juta untuk perombakan perahunya. Kini, Ateng bisa membawa 18 penumpang sekali jalan.
"Saya sudah 3 tahun beralih ke sektor wisata air ini. Kadang ramai penumpang kadang pulang dengan tangan hampa," kata Ateng sambil menunggu penumpang, Jumat (11/1/2019) di Tepian Bandar Sungai Jantan, belakang gedung Tengku Mahratu, Siak.
Rute wisata air menggunakan perahu tradisional itu memang dari Tepian Bandar Sungai Jantan, melaju pelan menuju jembatan Tengku Agung Sultanah Latifah (TASL).
"Sekali jalan menghabiskan BBM 4 liter," kata Ateng.
Saat bercerita dengan awak media, datang sepasang remaja yang ingin merasakan sensasi naik perahu milik Ateng berkeliling di Sungai Siak. Namun Ateng tidak mau melayani jika penumpang kurang dari 6 orang. Mereka kemudian tawar menawar.
"Baiklah, Rp 100 ribu bisa saya bawa keliling," kata Ateng tegas.
Harga pun cocok, sepasang remaja itu pun naik di perahu. Ateng bergegas ke bagian belakang untuk menyalakan mesin perahunya. Perahunya hanya punya 1 mesin, yakni Yahama Enduro 15 Pk. Setelah ihsan dan pasangannya duduk, mesin menyala, perahu melaju ke tengah sungai menuju jembatan. Perjalanan pergi pulang lumayan lama, sekitar 20-30 menit.
"Saya sering pulang tanpa mendapat penumpang. Bahkan pernah 3 hari berturut-turut," kenang Ateng sembari memegang kemudi perahunya.
Padahal, kata Ateng, pada sore hingga pukul 21.00 WIB lebih berpotensi daripada siang hari. Namun Ateng belum berani mengambil jadwal malam, karena banyaknya kapal-kapal tongkang melintas di malam hari.
"Perahu kita ini juga belum ada lampu. Saya khawatir karena banyak tongkang lewat malam hari," kata dia.
Meski sudah 3 tahun melakoni pekerjaan itu, Ateng masih belum menuai hasil maksimal. Pasalnya, promosi dan jalur wisatawan menuju perahu wisata yang digagasnya belum banyak dikenal orang. Petunjuk arah menuju ke tempat bersandar perahu juga tidak ada sama sekali.
"Memang masih jarang diketahui orang, kami berharap pemerintah membantu promosi kami," kata dia.
Ateng bercerita. Ia warga Paluh, Kecamatan Mempura dan tinggal di sana bersama 1 istri dan 3 orang anaknya. Sehari-hari ia menunggu penumpang datang ke perahunya.
Agar pulang pada sore hari menjelang magrib, sudah membawa bekal untuk keluarga.
"Sebenarnya bukan saya sendiri yang menawarkan jasa perahu wisata. Ada 17 perahu lain, yang berebut penumpang. Tapi hari-hari biasa mereka tidak ikut, karena penumpang terlalu sedikit," urai dia.
Menurut dia, dapat 1 trip untuk hari biasa sudah sangat bersyukur. Karena pada akhir pekan, paling banyak dia dapat cuma 2 trip.
"Penumpang yang banyak itu hanya pada libur-libur besar, seperti tahun baru kemarin, atau libur lebaran," kata dia.
Karena enaknya Ateng bercerita, rute perjalanan Ihsan dan teman perempuannya selesai pula diantar. Ihsan membayar sesuai kesepakatan. Beberapa foto menarik berhasil ia abadikan selama ikut berlayar di Sungai Siak.
"Kalau kita rombongan minimal 6 orang, harganya cukup murah. Kalau berdua Rp 100 ribu sebenarnya cukup terjangkau," kata dia.
Menurut dia, wisata air itu sangat menarik mengingat Siak merupakan kota sungai.
"Seharusnya pemerintah membantu pelaku usaha wisata air ini," kata Ihsan.(dow)
source : berita siak
Post a Comment