KAMPAR, BANGKINANG - Tradisi Balimau Kasai menyambut Bulan Suci Ramadhan di Kampar diklaim akan berbeda dari tahun sebelumnya. Perbedaan itu terletak pada pengetatan larangan dalam tradisi turun-temurun tersebut.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kampar, Heri Susanto menyatakan, Pemerintah Kabupaten Kampar ingin mengembalikan esensi Balimau Kasai yang sesungguhnya. Sehingga nilai-nilai reliji yang terkandung dalam Balimau Kasai tidak pudar.
"Kalau mandi, yang laki-laki dengan perempuan harus pisah. Ini menjadi himbauan kita. Selama ini, ini yang jadi masalah," ungkap Heri, Minggu (13/5/2018). Himbauan akan disampaikan di permandian sekitar anjungan Sungai Kampar Desa Batu Belah Kecamatan Kampar, dimana Balimau Kasai dipusatkan.
Menurut dia, Balimau Kasai menimbulkan pro dan kontra di tengah-tengah masyarakat karena nilai Islami dalam tradisi ini dinilai kurang terjaga. Heri juga menyorot perahu hias yang diperlombakan. Hiasan perahu yang tidak Islami juga menuai kontroversi.
Oleh karena itu, kata Heri, Pemkab Kampar ingin meluruskan tradisi Balimau Kasai. Pemkab Kampar mengambil peran dalam pelaksanaan tahun ini setelah empat tahun Balimau Kasai dibiarkan jalan sendiri.
Meski selama ini selalu dilaksanakan tiap tahun, namun hanya di tingkat panitia lokal saja. "Empat tahun kan dilaksanakan panitia lokal. Tahun ini, pelaksanaannya di tingkat kabupaten yang dipusatkan di Batu Belah," ujarnya.
Menurut Heri, Balimau Kasai akan dilaksanakan di puluhan titik di seluruh wilayah Kampar. Seperti tahun-tahun sebelumnya, tradisi ini dipusatkan di Batu Belah.
Heri mengatakan, Balimau Kasai direncanakan pada Rabu, 16 Mei. Lomba perahu hias akan dimulai dari Desa Muara Uwai.
Ditanya apakah Pemkab Kampar telah mengalokasikan dana Balimau Kasai, Heri mengaku belum. Pihaknya mengupayakan dianggarkan tahun depan. "Untuk tahun depan, kita upayakan masuk dalam kalender pariwisata," tandasnya.(dow)
source : www.beritakampar.com
Post a Comment