BERITA RIAU, PELALAWAN - Hingaa saat ini, masyarakat petani kelapa sawit di Kabupaten Pelalawan sangat mengkhawatirkan masih adanya peredaran penjualan bibit dan pupuk palsu kelapa sawit yang berasal dari luar.
Hal ini menyusul masih maraknya penjualan bibit dan pupuk palsu yang sering terjadi di tengah masyarakat yang masih diperjualbelikan oleh para penjual bibit kelapa sawit dari luar daerah yang dijual oleh petani tempatan.
Kekhawatiran tersebut disampaikan Arifin Batimbunan (40) salah seorang petani asal Kecamatan Bandar Petalangan, Kabupaten Pelalawan, Selasa (15/3) via selulernya.
Menurut Arifin, kekhawatiran ini menyusul masih maraknya penjualan bibit dan pupuk palsu yang sering terjadi yang dialami oleh petani.
“Saat ini cukup sulit mendapatkan bibit unggul yang berkualitas baik dan memiliki sertifikat serta pupuk sawit yang asli, sesuai standar yang ditetapkan oleh Disbun.
Sebab bibit dan pupuknya harus didatangkan dari luar daerah yang dijual oleh petani tempatan,” terangnya.
Sehingga selain tidak mudah mendapatkannya, sambungnya, tentu biayanya juga tidak murah. Apalagi walaupun langsung membeli kelokasi pembibitan, petani yang kurang waspada juga rentan terhadap aksi penipuan.
Sehingga diakuinya bahwa dirinya dan petani lain seperti dirinya sangat berharap adanya solusi yang memudahkan bagi petani.
“Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan adanya bantuan dan pengawasan dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pelalawan melalui dinas terkait agar bisa mencegah terjadinya penyebaran bibit dan pupuk palsu di tengah masyarakat.
Apalagi jika kami menggunakan bibit dan pupuk palsu dalam usaha perkebunan, setelah menghabiskan biaya mahal dalam membesarkannya, tapi tidak memberikan hasil yang maksimal karena memang berasal dari bibit serta pupuk yang kurang baik,” bebernya.
Bahkan, sambung Arifin, beberapa waktu yang lalu, juga ada isu peredaran bibit dan juga pupuk kelapa sawit unggul asal Malaysia dengan harga murah di Kabupaten Pelalawan.
Namun, setelah dilakukan penyelidikan dengan mempertimbangkan bahwa Malaysia pun masih membutuhkan bibit dan pupuk sawit dalam jumlah yang cukup besar untuk memenuhi keperluannya, diketahui bibit dan pupuk yang beredar tersebut adalah barang palsu atau aspal.
Di tempah terpisah, Syafril (33) salah seorang petani kelapa sawit Kecamatan Langgam mengatakan bahwa, hingga saat ini harga jual sawit di daerahnya tidak pernah mengalami lonjakan atau naiknya harga sawit.
“Dari awal 2012 hingga Maret 2016 ini, harga jual tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di tempat kami tidak pernah naik dengan harga yang hanya berkisar sebesar Rp1.100.
Sedangkan pada tahun sebelumnya yakni pada tahun 2011 silam, harga sawit ini pernah mengalami lonjakan kenaikan dengan harga jual mencapai Rp2.500 per kilogramnya,” ujarnya.
Selain tidak adanya lonjakan kenaikan harga jual TBS Kelapa sawit, juga bantuan bibit serta pupuk kelapa sawit dari Dinas Perkebunan Kabupaten Pelalawan tidak pernah terealisasi dikecamatan Langgam.
Hal ini tentu membuat dirinya dan masyarakat petani kelapa sawit lainnya hanya dapat membeli bibit dan pupuk kelapa sawit dari para penjual bibit sawit tempatan yang kualitasnya masih sangat diragukan.
“Bantuan dan penjualan bibit serta pupuk sawit unggul masih sangat sulit kami dapatkan. Apalagi sosialisasi dari Dinas terkait tentang tata cara penanaman dan bercocok tanam kelapa sawit yang baik juga masih sangat minim dan bahkan bisa dibilang tidak pernah dilakukan.
Untuk itu, peran serta pemerintah sangat kami harapkan. Karena, dengan permodalan biaya yang minim dan hasil yang tidak maksimal akibat masih maraknya penjualan bibit serta pupuk palsu ini, jelas telah sangat merugikan kami yang bergantung dengan hasil penjualan sawit ini sebagai matapencaharian untuk memenuhi kebutuhan hidup,” tutupnya.(dow/rif)
source : www.beritapelalawan.com
Post a Comment